Minggu, 01 Desember 2013

Maybe, I miss You

Ku tatap layar ponselku. Sepasang kekasih yang tersenyum menjadi tampilan awal ponsel tersebut. Seketika air mataku menetes melihat foto yang ada dilayar ponselku. Beberapa detik kemudian sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.
From : Nikky
Aku akan berangkat besuk jam 10 pagi
Seketika tubuhku gemetaran seperti ada sengatan listrik yang menyengat tubuhku. Kubaringkan tubuhku diatas kasurku dan menangis sejadi-jadinya malam ini.
ØØØ
3 bulan yang lalu
Pagi ini dengan semangat kulangkahkan kakiku menuju pintu rumahku. Diluar sana seorang laki-laki sudah menungguku sejak tadi. Kutebarkan senyum manis ke arah laki-laki itu dan dia pun membalas senyumku dengan lambaian tangannya. Kuhampiri laki-laki itu, dia menyodorkan sebuah helm berwarna putih kepadaku. Segera ku pakai helm tersebut dan duduk dibelakangnya. Motor berwarna merah ini pun melaju cukup kencang.
Sesampainya disekolah kami berpisah diparkiran. Aku berjalan menuju kelasku yang berada dilantai dua. Dari kejauhan seorang laki-laki menghampiriku.
“Senangnya Kak Doni menjemputku tadi pagi.” Curhatku pada laki-laki itu.
Entah mengapa seperti biasa tak pernah ada respon darinya. Tiba-tiba langkah kami terhenti ketika seorang gadis berdiri dihadapan kami.
“Nik, besuk sabtu ada acara gak? Aku mau ngajak kamu nonton.” Ucap gadis itu menyodorkan dua lembar tiket.
“Maaf.” Jawab Nikky kemudian meninggalkan aku dan gadis tersebut.
Aku bergegas mengikuti Nikky menuju kelas. Kebetulan kami berdua berada dikelas yang sama. Nikky sudah duduk dibangkunya sambil mengambil beberapa buku dalam tasnya.
“Kamu kenapa sih? Bukankah bagus kalau ada yang ngajak kamu jalan. Ah kamu menyiakan kesempatan buat dapet cewek.” Ocehku yang tidak dipedulikan oleh Nikky.
“Ah padahal aku pengen kamu cepat punya pacar.” Lanjutku.
“Nina bisakah kamu diam?” Tegurnya dengan nada yang halus.
“Maaf.” Ucapku.
Tiba-tiba ponselku berdering tertera nama kak Doni dilayar ponselku, dengan cepat ku buka pesan yang dikirim untukku.
From : Kak Nikky
Sepulang sekolah bisa temenin aku pergi?
Aku langsung loncat kegirangan begitu membaca pesan dari kak Doni. Nikky yang duduk disampingku tampak begitu kesal melihat tingkahku.
“Apa kamu tidak menyukai kak Doni?” Ucapku tiba-tiba.
“Sedikit.” Jawab Nikky.
“Kenapa?” Tanyaku lagi.
“Bukan urusanmu.”
Mendengar jawaban Nikky aku sedikit kesal kemudian pergi meninggalkan Nikky dan kembali duduk dibangku.
ØØØ
Sepulang sekolah kak Doni sudah menungguku digerbang sekolah. Kuhampiri kak Doni yang sejak tadi memandangiku dari jauh.
“Maaf kalau agak lama.” Ucapku.
“Tidak apa-apa kok.”
Kami pun melesat menuju komplek pertokoan yang terletak agak jauh dari sekolahku. Selama perjalanan kak Doni bertanya beberapa hal yang aku sukai dan membuatku antusias menjawabnya.
Sesampainya dikomplek pertokoan kami turun dari motor dan menuju sebuah kafe didaerah tersebut. Kami mencari tempat yang dekat dengan jendela yang ada dikafe tersebut.
“Ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Kata kak Doni dengan raut wajah yang serius.
“Apa?” Tanyaku penasaran.
“Sebenarnya…” Tiba-tiba ucapan kak Doni terhenti dan membuatku semakin penasaran.
“Aku suka sama kamu.” Lanjutnya dan sukses membuatku terkejut mendengar semua itu.
Aku kehabisan kata-kata hingga aku tidak bisa menatap wajah kak Doni. Beberapa detik kemudian kak Doni memberikanku sebuah kalung berbentuk hati. Seketika hatiku merasa bahagia.
“Bagaimana apa kamu mau jadi pacarku?” Ucapnya memberikan kotak yang berisi kalung tersebut padaku.
Aku hanya mengangguk menandakan bahwa aku menerimanya. Kak Doni melemparkan senyum manis padaku. Kami pun saling memandangi dengan senyum yang terurai di bibir kami.
ØØØ
Ku buka pintu rumahku, diruang tamu ibuku berbincang-bincang dengan seorang wanita separuh baya sambil menonton televisi. Ku amati mereka dan tersadar bahwa wanita tersebut adalah ibu Nikky. Ku sapa wanita tersebut begitu ramah.
“Nin, tolong kamu belikan obat buat mama ya.” Pinta ibuku.
“Iya sebentar.”
Segera ku ganti bajuku kemudian bergegas keluar dari rumahku. Ku langkahkan kakiku menyusuri komplek perumahan yang cukup sepi. Kulihat jam diponselku menunjukkan pukul tujuh malam. Sesampainya di apotek aku membeli beberapa pesanan ibuku kemudian bergegas pulang karena udara malam cukup dingin terasa ditubuhku mesti aku sudah memakai jaket.
Drrrttt
Ponselku berdering ada panggilan masuk dari kak Doni yang tertera dilayar ponselku. Dengan kegirangan ku jawab panggilan tersebut.
“Halo…sedang disuruh mama beli obat…iya ini mau pulang…jalan kakilah kan deket…nanti aja telponnya ya aku masih diluar..iya…bye…”
Ku lanjutkan perjalananku, dari kejauhan seorang laki-laki bersandar dipagar rumahku. Laki-laki yang sudah kukenal sejak kecil. Dia adalah Nikky. Kuhampiri Nikky dan menyapanya.
“Aku pergi dulu.” Ucapnya meninggalkanku.
“Oya aku ingin cerita padamu soal kak Doni.” Ucapku membuat langkah kaki Nikky terhenti.
“Kau tahu tadi kak Doni nembak aku. Dia bilang kalau dia suka sama aku. Kau tahu betapa bahagianya aku.” Lanjutku.
Nikky tidak merespon ceritaku lagi dan berjalan meninggalkanku. Entah mengapa semakin membuatku kesal. Ku ikuti langkah kakinya dan sekarang kami berada didepan rumah Nikky yang terbatasi oleh tiga rumah dengan rumahku.
“Tunggu sebentar ada yang ingin aku tanyakan.” Ucapku mencegahnya masuk kerumah.
“Akhir-akhir ini kamu berubah seperti bukan Nikky yang aku kenal dulu.” Lanjutku masih menatap wajah Nikky.
“Aku memang berubah.” Jawabnya membuatku semakin kesal.
“AHH… KAMU INI KENAPA?” Bentakku padanya.
Entah mengapa Nikky memegang kedua bahuku dengan tangannya. Seakan berusaha mencegah amarahku.
“Karena aku mencintaimu itu jawabanku.” Ucap Nikky kemudian melepaskan tangannya dari bahuku dan masuk kedalam rumahnya.
Aku masih terpaku mendengar ucapan yang baru saja kudengar. Seakan seluruh tulangku membeku hingga aku hanya terdiam ditempatku. Aku tidak akan pernah menyangka Nikky berkata seperti itu padaku. Pada seorang sahabat dari kecil.
ØØØ
Setelah kejadian itu hari-hariku mulai berubah. Mesti aku bersama kak Doni tapi ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Sesuatu yang berharga dibandingkan apa yang aku miliki sekarang.
Sudah hampir tiga bulan aku dan Nikky menjauh setelah kejadian yang tidak pernah kuduga itu. Tetapi setiap kali aku ingin mendekati Nikky, dia selalu menjauh dariku. Entah mengapa aku sangat sedih tentang semua ini.
Sore ini aku berjalan bersama kak Doni untuk menonton film bersama. Seperti biasa aku tetap tersenyum berusaha tidak menunjukkan kesedihanku selama ini. Ketika memasuki bioskop tidak sengaja aku bertemu Nikky dan seorang gadis yang pernah kulihat dulu. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Nikky hanya melihatku tanpa mengucap salam padaku. Hal itu membuatku semakin sakit melihatnya.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya kak Doni yang melihatku sedikit aneh.
“Tidak apa-apa. Ayo masuk kak.” Ucapku berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan kak Doni.
ØØØ
Pagi ini suasana cukup ramai tidak seperti biasanya. Padahal hari ini adalah hari minggu. Aku menuruni anak tangga menuju ruang tamu. Dari jauh kulihat Nikky bersama keluarganya terlihat bahagia berbincang-bincang dengan kedua orang tuaku.
“Kau sudah bangun rupanya. Cepat kesini bantu ibu.” Pinta ibu.
Aku berjalan menuju dapur rumahku menyiapkan beberapa kebutuhan yang dibutuhkan ibu. Tiba-tiba Nikky berdiri disampingku.
“Aku akan pindah ke Bogor minggu depan.” Ucap Nikky tiba-tiba.
“Oh.” Jawabku singkat.
Nikky kemudian meninggalkanku sendiri yang sibuk mengambil sesuatu didapur. Entah mengapa aku tidak ingin berpisah dengan Nikky. Aku mengejar Nikky dan memeluknya dari belakang. Nikky sontak kaget melihat apa yang aku lakukan.
“Jangan pergi, aku tidak bisa jauh darimu.” Ucapku.
Nikky memegang tanganku yang memeluk dirinya dari belakang. Air mataku tiba-tiba mengalir hingga membuat Nikky menyadari bahwa aku sedang menangis dibelakangnya.
“Jangan pernah menangis jika aku tidak ada disampingmu.” Ucap Nikky melepaskan pelukanku kemudian pergi.
ØØØ
Aku masih memikirkan tentang kepergian Nikky. Entah mengapa semakin lama aku semakin tidak bisa kehilangan dirinya. Apa mungkin aku mulai menyukainya? Entahlah aku tak pernah tahu perasaan itu.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Hari ini sepulang sekolah aku akan pergi berkencan bersama kak Doni. Seperti biasanya kak Doni menungguku tepat didepan gerbang sekolahku. Kuhampiri dia yang cukup lama menungguku.
“Ayo.” Ajak kak Doni.
Aku masih terdiam melihat kak Doni yang sudah siap melajukan motornya. Kak Doni yang heran melihatku menuruni motornya.
“Kau kenapa?” Tanyanya.
“Aku ingin putus.” Jawabku singkat membuat kak Doni kaget.
“Apa maksudmu, Nin?” Tanya kak Doni masih tak percaya tentang apa yang aku katakan.
“Aku ingin putus.” Ucapku lagi.
Dengan perasaan kecewa kak Doni bersiap mengendarai motornya dan pergi meninggalkanku yang masih terpaku memandangi kak Doni yang sudah menjauh dari tempatku.
Nikky melihat semua itu datang menghampiriku. Aku menatapnya dengan raut wajah yang masih sedih entah karena kak Doni atau Nikky.
“Aku sudah putus. Apa kau tak bisa tetap tinggal disini?” ucapku tak membuat wajah Nikky bahagia.
“Maaf.” Ucapnya kemudian pergi.
ØØØ
Seminggu kemudian tepat hari kepergian Nikky. Ku lihat jam menunjukkan pukul 9 pagi. Aku tidak keluar sama sekali dari rumah. Dari jendela kamarku tampak jelas sebuah mobil terparkir didepan rumah Nikky.
Drrttt
Ponselku berdering terlihat sebuah pesan singkat datang dari Nikky.
From : Nikky
Kau yakin tidak ingin mengucap salam perpisahan untukku saat ini. Aku menunggumu didepan gerbang rumahmu.
Waktu berjalan dengan cepat tetapi aku tak menghiraukan pesan singkat yang dikirim oleh Nikky tadi. Kulihat dari jendela kamarku mobil itu sudah bersiap melaju. Entah mengapa naluriku berkata untuk mengejar Nikky. Dengan cepat aku berlari menuju gerbang rumahku tetapi sayang mobil tersebut sudah menjauh. Dengan perasaan kecewa aku kembali masuk rumahku. Sebuah pesan singkat dari Nikky tertera dilayar ponselku.
From : Nikky
Lihatlah dibelakangmu.
Kubalikkan tubuhku dan melihat Nikky berdiri didepanku. Dengan senyum yang sama, dia pancarkan padaku. Membuatku semakin bertanya tentang apa yang terjadi.
“Bukankah kau akan pindah?” Tanyaku penasaran.
“Kau kan yang menyuruhku untuk tetap tinggal.” Ucapnya.
“Lalu mobil yang tadi?”
“Ayahku pindah tugas di Bogor. Aku akan pindah setelah lulus SMA nanti.”
“Lalu yang kau bilang waktu itu dirumahku?” Tanyaku semakin dibuat bingung olehnya.
“Hanya sedikit menggoda dan itu menyenangkan.”
Dengan kesal aku meninggalkan Nikky yang masih tertawa karena berhasil mengerjainku. Nikky berlari mengejarku dan menarik tanganku hingga kami saling berhadapan.
“Bukankah kau pernah memelukku? Kenapa tidak kau lakukan lagi?” Ucap Nikky sedikit menggoda.
“Lupakan aku membencimu sekarang.” Ucapku kemudian masuk ke dalam rumah.
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar